Selasa, 08 Oktober 2013

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL FATAMORGANA DI SEGITIGA EMAS

TUGAS MEDIA JURNAL







OLEH :
LA ATO
A1D1 11107





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013






NAMA            :  JULIASRI LA SAUPA
NOMOR STAMBUK        : A1D1 05098
 PROGRAM STUDI        :PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JUDUL PENELITIAN    : ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL    FATAMORGANA DI SEGITIGA EMAS
DOSEN PEMBIMBING    :1. Dra, Sri Suryana Dinar, M.Hum.
                  2. La Ode Syukur, S.Pd., M.Hum.
Tahun Skripsi            : 2012

















ABSTRAK
    Salah satu daya tarik novel adalah unsur intrinsik. Selain itu juga novel memiliki relevansi dengan pengajaran di sekolah. Masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah unsur intrinsik novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N.Ganie ?” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur intrinsik  novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini n. Ganie. Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini yaitu : ( 1 ) Sumbangan pemikiran dalam peningkatan pengajaran sastra pada umunya dan novel pada khususnya, ( 2 ) Bahan acuan bagi peneliti selanjutnya  yang bermaksud mengadakan penelitian yang lebih luas dan mendalam tentang sastra pada umumnya dan novel pada khususnya.
    Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa teks cerita. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks novel yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknik baca catat. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural.
    Unsur intrinsik dimulai dari tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang serta gaya bahasa. Novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie bertemakan emansipasi wanita yang tercermin dari sifat R.A Kartini, amanat yang ingin disampaikan adalah manusia memiliki potensi untuk mengembangkan bakatnya, apa yang dimilikinya untuk kemudian merubah paradigma berpikir seseorang tentang pola kehidupan yang kadang tidaklah adil. Tokoh dalam novel Fatamorgana di Segegitiga Emas terdiri dari Neneng, Wiranti, Silvy, Melati, Warno, Datuk Nawawi, Pak Usman, Olga, Mak Neneg, adik Neneng ( Ratna ), Ulrich, Bu Zahariah. Penokohannya digmbarkan secara langsung dan melalui dialog, baik dialog yang bersangkutan dalam interaksi dengan tokoh-tokoh lain. Novel ini menggunakan alur sorot balik. Novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie menggunakan latar di Desa Ampegan, Jakarta, lalu penulis melanjutkan kisahnya di kota-kota lain di luar negeri. Namun latar yang digunakan penulis dalam ceritanya banyak menggunakan latar yang terjadi di rumah, dan dalam ruangan di tempat-tempat lain yang menjadi tempat penulis menggambarkan latar ceritanya dalam novel. Yang sekaligus menjadi tempat utama dimana para tokoh digambarkan penulis. Sudat pandang dalam novel ini yaitu pengarang memakai nama-nama orang dan dia ( orang ketiga ). Gaya bahasa dalam novel ini adalah simile, litotes, metafora, hiperbola, personifikasi. 



Novel adalah cerita fiksi yang melukiskan suatu peristiwa.
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

1.    PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sastra mwrupakan cabang seni yang mengalami proses pertumbuhan sejalan  dengan perputaran waktu dan perkembangan pikiran masyarakat.
Semi ( 1988 : 8) mengemukakan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil kerja kreatif yanng objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Selanjutnya Wellek dan Werren ( 1995: 4 ) mengemukakan bahwa sastra merupakan suatu kreasi sosial yang menggunakan bahasa sebagai medianya.
Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Novel adalah cerita fiksi yang melukiskan suatu peristiwa yang luar biasa dari kehidupan tokoh cerita, dan peristiwa tersebut menimbulkan pergolakan batin yang mengubah nasibnya.
Sebagai salah satu jenis karya sastra, novel mempunyai dunia sendiri. Dunia yang ditawarkan dalam sebuah novel adalah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun dengan unsur-unsur yang memiliki perpaduan, seperti tema dan amanat, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa yang selanjutnya disebut dengan unsur intrinsik.
Suryatini N. Ganie adalah seorang penulis yang cukup produktif, selain cerpennya berbentuk kisah percakapan antara binatang dan tumbuhan yang banyak dimuat diharian merdeka, majalah keluarga, majalah femina, dan majalah dewi dan majalah selera. Ketika bermukim di Eropa ia sering mangadakan perjalanan keberbagai belahan dunia, ia tidak lupa membuat cerpen tentang negara-negara yang disinggahinya. Fatamorgana di Segitiga Emas adalah karya fiksinya yang kedua setelah kumpulan cerpen Minum The Bersama Kartini.
Novel Fatamorgana di Segitiga Emas merupakan karya sastra yang diminati oleh pembaca sastra, namun kurangnya apresiasi dan pengkajian terhadap karya-karya sastra menjadi salah satu hambatan dalam memahami makna tersirat dalam novel tersebut. Penelitian dalam sebuah karya sastra ( novel ) dalam bentuk analisis sangat diperlukan untuk dapat memberi jawaban sekaligus solusi bagi para pembaca agar dapat mengetahui maksud yang terselubung yang ada dibalik karya sastra tersebut. Sehubungan dengan hal itu, peneliti bermaksud mangkaji atau menganalisis unsur intrinsik dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie.





1.2    Kajian Teori
1.2.1    Pengertian Sastra
Dalam kamus besar bahasa indonesia, sastra atau kesusastraan adalah hasil karya manusia berupa pengolahan bahasa yang indah, berbentuk lisan atau tulisan. Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial atau masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, yang diamanatkan lewat pencipta tokoh-tokoh cerita.
1.2.2    Pengertian Novel
Tarigan (1985 : 74), menyatakan bahwa kata novel berasal dari bahasa latin novelens yang diturunkan dari kata noviens yang berarti baru. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan gendre sastra lainnya seperti puisi dan drama, maka jenis ini muncul kemudian. Menurut Nurgiantoro (1995 : 74), novel merupakan sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa novel adalah bentuk prosa yang berukuran luas dan panjang yang berisi tentang kehidupan manusia.
1.2.3    Unsur-unsur yang Membangun Novel
Unsur yang membangun struktur fiksi ini ialah unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
1.2.4    Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dapat diartikan sebagai unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta mambangun sebuah cerita. Unsur-unsur itu meliputi alur, tema tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang pengarang, serta gaya bahasa.
1.2.4.1    Alur
Plot atau alur merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1950 : 4) alur adalah peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Menurut Tasrib dalam Nurgiantoro (1994 : 149) membedakan tahapan plot menjadi lima bagian . Kelima bagian itu adalah tahap situation,tahap generating, tahap rising action, tahap climax, dan tahap denaouemen  (akhir).
1.2.4.2    Tokoh
Tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa. Menerut Sayuti (1997 : 45) tokoh dalam novel melakukan gambaran kehidupan manusia, namun ia terbatas geraknya oleh daya nalar pengarang.
1.2.4.3    Latar
Pada dasarnya setiap karya sastra (novel) yang membentuk cerita selalu memiliki latar. Latar adalah situasi tempat, ruang, dan waktu terjadinya cerita. Suatu karya fiksi, baik cerpen maupun novel harus terjadi pada suatu tempat dan dalam suatu waktu, seperti halnya kehidupan ini yang juga berlangsung dalam ruang dan waktu.


1.2.4.4    Sudut Pandang
Menurut Wahid (2004 :83), sudut pandang adalah tempat penceritaan dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana penceritaan menyampaikan kisahnya. Sudut pandang ada tiga yaitu pengarang terlibat (other participant), pengarang sebagai pengamat (other observant), pengarang serba tau (other omniscient).
1.2.4.5    Tema
Istilah tema berasal dari kata “ thema ”(inggris) yaitu ide yang menjadi pokok suatu pembicaraan atau  ide pokok suatu tulisan. Tema merupakan emosional yang amat penting dari suatu cerita karena dengan dasar itu pengarang dapat membayangkan dalam fantasinya bagaimana cerita akan dibangun dan berakhir. Jadi, tema adalah ide sentral yang menjadi suatu cerita. Tema mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai pedoman bagi pengarang dalam mengarang cerita, sasaran atau tujuan pengarang cerita, dan mengikat peristiwa-peristiwaceruta dalam suatu alur (Zulfahnur dkk, 1996 :25).
1.2.4.6    Amanat
Amanat dapat diartikan pesan berupa ide, gagasan ajaran moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Amanat merupakan pemicihan suatu tema. Di dalam amanat terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang.
Sudjiman(1988 : 57)  mengemukakan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang . Sedangkan Sumardjo (1984 : 57) amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau pendengar.
1.2.4.7    Gaya Bahasa
Gaya adalah cara khas dalam mengungkapkan jiwa seseorang. Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis yang mencerminkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, dan simile.

 
2.    METODE PENELITIAN
2.1    Metode dan Jenis Penelitian
2.1.1    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian dalam hal ini unsur-unsur intrisik novel.
2.1.2    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah penelitian kepustakaan (library research), yakni sumber data dari pustaka dengan jalan mengadakan studi lewat bahan bacaan tang relevan serta mendukung penelitian ini.
2.2    Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa teks cerita yang berhubungan dengan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie. Sunber data dalam penelitian ini adalah  novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie yang di terbitkan  oleh PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2011 (cetakan pertama).  
2.3    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik baca dan catat. Data dikumpulkan dengan cara membaca keseluruhan isi karya sastra (novel) kemudian mencatat bagian-bagian yang perlu diteliti.
2.4    Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis berdasarkan pendekatan objektif. Artinya karya sastra (novel) dianalisis berdasarkan strukturnya yang otonom. Adapun pendekatan karya sastra secara objektif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengacu dalam diri karya sastra yaitu unsur intrinsik yang terkandung dalam novel tersebut. Menurut Wahid (2004 : 79) pendekatan objektif adalah pendekatan yang membatasi diri pada penelaahan karya sastra itu sendiri, terlepas dari soal pembaca dan pengarang.

   



3.    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
3.1    Sekuen Novel Fatamorgana di Segitiga Emas
Novel ini terdiri dari 12 bab. Bagian pertama menceritakan awal kisah si Neneng yang sedang berada di kamar kontrakannya . Bagian kedua menceritakan Neneng dan Wiranti. Bagian ketiga menceritakan tentang perjalanan Silvy sebelum pulang ke Jakarta. Bagian keempat menceritakan tentang Melati yang sukses dalam usahanya meski hubungannya dengan Yusuf dalam rumah tangganya tidaklah baik. Bagian kelima menceritakan tentang perjalanan Neneng bersama Melati ke Jerman. Bagian keenam menceritakan tentang Wiranti, Silvy, dan Melati. Mereka di undang di sebuah acara di Prancis oleh The Lady of Cup. Bagian ketujuh menceritakan tentang kelima perempuan yang menjalani bisnis. Bagian kedelapan menceritakan tentang pertemuan The Lady di istana La Saung milikNeneng di Cap-Ferrat. Bagian kesembilan menceritakan tentang kehidupan Neneng di luar negeri yang sering bertemu dengan orang-orang asing. Bagian kesepuluh menceritakan kerja sama antara The Lady dalam meningkatkan usahanya. Bagian esebelas menceritakan tentang kepulangan Neneng ke Jakarta setelah sekian lama menggeluti bisnis yang sibuk di negeri orang. Bagian keduabelas menceritakan tentang pertemuan Neneng dengan keluarganya di kampung.
3.2    Alur
Apabila diperhatikan susunan alurnya, novel Fatamorgana di Segitiga Emas menampilkan alur sorot balik. Pengarang memulai ceritanya dengan generating crisumsstances yaitu kisah si Neneng yang sedang berada di kamar kontrakannya di Jakarta yang agak kumuh yang ya sewa 500 ribu rupiah perbulan lalu teringat disaat sebulan setengah yang lalu ketika masih di Desa Ampegan ketika itu ia akan dikawinkan oleh orang tuanya dengan seseorang yang sudah mempunyai istri.
3.2.2    Penyituasian
Dalam novel, pengarang menggambarkan keadaan tokoh. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. “ Neneng menahan sedih dan rasanya ia ingin sekali meninggalkan ruangan itu lalu keluar agar bisa berpijak di tanah. Ia belum pernah berada di ketinggian ”(hal 4).
 Dari kutipan tersebut, pengarang menggambarkan keadaan tokoh. Dimana Neneng dengan keadaan sedih, sebab baru pertama kali menginjakan kaki di Jakarta dan merasi asing dengan keadaan disekitarnya.
3.2.2    Konflik
Dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas, pengarang memulai ceritanya dengan generating crisumsstances yaitu masuk lingkaran  segitiga emas. Berikut kutipannya. “ Ia teringat sebulan setengah yang lalu, sewaktu  ia akan dikawinkan oleh orang tuanya. Ia baru mau berangkat waktu emaknya menyuruh berdandan dan ia duduk di ruangan tengah . Ada tamu Mak ? Mak, Neneng mau ke SD di  Cianjur sudah janji sama Bu Sariah untuk dandani anak-anak. Ini kan hari Kartini ! Mak, itu siapa? Neneng mengambil gelas tamu dan gelas bapaknya lalu pergi ke tempat dekat sumur untuk mencuci gelas. Sudah mak katakan, teman bapak. Neneng beruntung akan mendapatkan suami yang begitu baik dan berduit cukup. Aku tidak mau ! suara Neneng melangking. Aku tidak mau dengan orang yang sudah beristri. (hal 8) .
3.2.3    Peningkatan Konflik
Tahap ricing action dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas muncul ketika.“ Akhirnya mereka berempat dipersilahkan menunggu di ruangan yang sangat elegan di La Seung di Cap-Ferrat. Warna tenang dan cangkang telur dan lukisan yang dibuat para pelukis mahal yang menghiasi dinding. Perangkat minuman the dari porselen Hongaria juga tertata rapi di meja kecil ”. (hal 67).
3.2.4    Klimaks
Dalamnovel Fatamorgana di Segitiga Emas klimaks dimulai ketika pertemuan The Lady of Cup-Ferre  dengan Suzanne. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
“ Suzanne, aku bahagia sekali kau datang ! bagaimana rematikmu ?” Yang disapa tampak berlinang air mata The Lady of Cup-Ferrat menyekanya. Jangan menangis Suzanne. Ada waktu datang dan ada waktu pergi. Dulu waktu kau pulang kampung, di pegunungan sana aku yang menangis, tapi kau selalu bilang “ jangan menangis sayang, ada waktu datang dan ada waktu pergi ”. Kedua perempuan itu akhirnya menuju ke ruang yang telah disiapkan Jean. Kue-kue dan penganan lokal, juga makanan kesenangan mereka berdua. (hal 74).
3.2.5    Penyelesaian
Dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas, tahap penyelesaian terjadi ketika Neneng tiba di kampung halamannya. Dan bertemu dengan keluarganya di kampung halamannya.
3.3    Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas karya Suryatini N. Ganie adalah Neneng, Wiranti, Silvy, Melati, Olga, Warno, Datuk Nawawi, Pak Usman, Ulrich, Mak Neneng, Adik Neneng (Ratna), Bu Zaharia.
3.4    Latar
Latar adalah situasi tempat, ruang, dan waktu terjadinya cerita. Analisis latar dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.    Latar Fisik, yaitu tempat dalam bentuk fisik, seperti bangunan, daerah dan sebagainya.
2.    Latar Sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial, adat, kebiasaan, cara hidup, dan bahasa yang melatari peristiwa (Sudjiman dalam Wahid, 2004 : 80) 
3.4.1    Latar Tempat
Novel Fatamorgana di Segitiga Emas menggunakan beberapa latar, yaitu pada  cerita di Desa Ampegan, Jakarta. Lalu penulis melanjutkan kisahnya di kota-kota lain di luar negeri. Latar tempat dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas yaitu:
1.    Kamar kontrakan,
2.    Halte bis kota,
3.    Hotel Narcisus,
4.    Kota Firenze,
5.    Dalam ruangan atau kantor, dan
6.    Toilet.
3.4.2    Latar Waktu
Latar waktu yang ditampilkan dalam novel ini bervariasi, ada kalanya pagi hari, siang hari, malam hari. Tiap-tiap kondisi tersebut dikaitkan langsung dengan suasana yang dialami oleh para tokoh dalam novel.
3.4.3    Latar Sosial
Kehadiran latar sosial juga terasa dalam novel ini, seperti masih tabuhnya perempuan dalam mengembangkan karirnya dalam pekerjaan.
3.5    Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas dapat dilihat pada kutipan berikut. “Neneng membetulkan sisiran rambut yang kurang rapi di depan cermin yang sudah butut di kamar kontrakannya, di wilayah yang agak kumuh yang iasewa 500 ribu rupiah per bulan dari Minem. Minem adalah kawan sekerja Aminah, tetangga dekat rumah di desa”.
3.6    Tema dan Amanat
3.6.1    Tema
Tema dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas adalah perjuangan seorang wanita dalam merubah hidupnya meski harus lari dari kampung karena tidak ingin dikawinkan dengan lelaki yang sudah beristri.



3.6.2    Amanat
Amanat dalam sebuah cerita fiksi kadang secara eksplisit, kadang secara implicit. Seorang pengarang dalam penyampaian pesan, ide, atau gagasannya bisa secara tersurat. Bila kita membaca novel Fatamorgana di Segitiga Emas dari awal sampai akhir, kita akan menemukan amanat yang disampaikan pengarang melalui novel ini. Pengarang ingin menyampaikan bahwa meskipun telak menjadi sukses Neneng tidak pernah lupa dengan kampung halamannya dan keluarganya di sana.
3.6.3    Gaya Bahasa
     Pemajasan merupakan suatu teknik pengungkapan bahasa yang maknanya tidak mununjuk pada makna harfiah, tetapi menuju pada makna tersirat. Tujuan digunakan majas atau bahasa kiasan dalam suatu karya sastra  dimaksudkan untuk memperoleh efek keindahan, kepuitisan, dan tujuan-tujuan lainnya sesuia dengan pengertian masing-masing majas tersebut.
    Adapun majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam novel Fatamorgana di Segitiga Emas, yaitu simile, litotes, metafora, hiperbola, dan personifikasi.
















DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Ganie, Suryatini. 2001. Fatamorgana di Segitiga Emas, Jakarta : Gramedia.
Lakota, Rosmina. 2003. Analisis Struktural Novel Gairah untuk Hidup dan untuk Mati.     Kendari : UNHALU
Nurgiantoro, Burhan. 1995.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada university     prees
Pradopo, Rahmat Djoko, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Handinita     Graha Widya
Sayuti, Sumianto A. 1997. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta : Depdikbud.
Semi, Atar. 1998. Anatomi Sastra Padang : Angkasa Raya.
Sumardjo Jakob, dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.
Sumarti, Ninik. 2009. Struktur Cerita dan Tema dalam Naskah Drama “Kejahatan     Membalas Dendam Karya Idrus”. Kendari : UNHALU.
Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Gramedia.
Tarigan, H. Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makasar : Berkah Utami.
Wellek Rene dan Austin Waren. 1995. Teori Kesusastran. Jakarta : Gramedia.
Zulfahnur Z. F, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta : Depdikbud.


   




Tidak ada komentar:

Posting Komentar